Friday, 25 November 2011

Kaca bukan baja







Baja

Seperti baja terlihat dari luar. Ia datang ke tempat yang sesungguhnya tak pernah ia kenal sebelumnya. Lamunannya pun terbang ke masa lalu. Masa kecil yang samar samar.
"ibu..apakah anak anda dirumah sering diomeli?", tanya guru kelas 1SD  adabiah itu. 
" Tidak, ada apa? mengapa?", si ibu muda kembali bertanya. 
"ah, begitu". Lanjut si ibu guru.
"anak anda tidak pernah bergaul dan bermain dengan teman temannya. Ia hanya memperhatikan apa yang terjadi di sekelilingnya."
" ketika ada yang terjatuh, ia hanya tersenyum."
" Hanya memperhatikan saja, tanpa mencoba untuk berinteraksi".

Lamunan itu berlalu. Ternyata memang sifatnya seperti itu. Bukannya tidak bergaul. Ia hanya orang yang penyindiri, diam, mengamati dan sedikit sensitif.
Sikap yang sulit bagi seseorang untuk bisa bertahan dilingkungannya yang keras. Yang penuh sikut menyikut, tusuk dari belakang, gunting dalam lipatan, serigala berbulu domba. Dan beragam ungkapan lagi untuk mereka yang tak tulus. 

" Hei, ini dunia, bukan surga", ia berkata.
" Didunia, hidup memang tak adil. So face it. Get used to it".




Setelah berbicara pada dirinya sendiri, ia pun tersadar, ia berada di salah satu spot ruangan yang ramai. Berisik, penuh suara dan tawa, tapi entah mengapa ja merasa sendiri. Alone. Hanya sendiri dikeramaian itu.
Ia pun tak tahu, what went wrong..

Air matanya tak menitik, tidak saat itu. Tapi ia tahu persis hatinyalah yang menangis.
Pun demikian, ia berusaha tegar. Tak perlu berusaha terlihat tegarpun sebenarnya wajah nya sudah terlihat keras. Sekeras kehidupan yang sudah dilaluinya.
Mungkiin itu juga yang membuat orang urung dekat dengannya.
Ah seandainya mereka tahu, selembut apa dan serapuh apa ia didalamnya.

Pasti mereka tak mengira ia baja, melainkah hanya sebilah kaca yang rentan dan mudah pecah, hancur berkeping..








No comments: