Wednesday, 4 April 2012

Cinta dua hati, satu rasa

Dia memandangi wajah yang terpampang di kertas itu. Tertegun, menatap lama. Dalam, sambil sesekali menarik nafas panjang.
Dua menit, tiga menit, sesekali melihat ke belakang, kiri dan kanan. Was was, jika kekasihnya memperhatikan gerak geriknya.

Hampir setiap malam sebelum tidur, satu minggu terakhir kondisi ini terjadi. Sedikit dingin, tanpa kata.
Kemudian, seperti biasa, lampu dimatikan. Dan pasangan itupun terlelap.
Begitu seterusnya dari hari ke hari.
******
situasi yang sama juga terjadi di sudut kamar, di sudut kota yang sama.
Sepasang kekasih tidur saling rangkul. Naas mereka silih berganri menimpali. Mereka memang tidur di ranjang yang sama . Tpi dengan pikiran yg masing masing melayang jauh, dan mimpi yang berbeda.


Pagi menjelang. Di sudut kamar pertama, satu dari sepasang kekasih itu, berbicara di ujung telepon. " sayang, aku tidak bisa menahan ini lebih lama lagi. Ak tidak bisa hidup berpura pura mencintainya, terus menerus seperti ini.."

Suara hangat di ujung telepon itu, juga mengungkap kan hal yg sama. "aku juga sayang. Kami sepanjang malam, tidur berpelukkan, tapi hampa. Pikiran ku tak bisa lepas dari mu."

***
Aku ingin segera mengatakan pada nya, bahwa aku tak pernah mencintainya. Dan pun tau itu. Tapi aku ak tak tega harus melihat wajah cantik berurai air mata." lanjut suara di sudut kamar itu.

Sayang, aku juga. Akupun tak tahu kalimat apa yang harus aku sampaikan pada orang tuanya, kalau aku mengembalikannya sekarang. Dulu saat aku meminangnya, kau belum ada.






No comments: