Kau..
Bukan raja memang.
Bukan penguasa.
Bukan yang bergelimangan segala hal.
Pelan pelang kau kumpulkan serpihan itu, dengan sabar kau titi dan tata satu persatu.
Merekapun sepertinya tak mau lakukan itu
Tapi kau, berkeringat berairmata merajutnya untukku tanpa hiraukan detik waktu.
Bagiku kau mulia.
Pelan pelan kau tutup luka menganga, pelan pelan kau buka hati yang terpatri.
Tak sedikit kata terucap yang melukaimu, tapi kau seolah berlalu dan tetap membagi senyum termanis untuk ku.
Aku kini bukan aku dulu. Aku kini mencoba menimba positif dari negatifku dulu.
Kau pelan pelan bimbing tanganku untuk belajar menggenggam kepercayaan.
Kepercayaan yang telah lama tak lagi ku sentuh.
Kepercayaan, yang aku sendiri, sulit melafalkannya.
Kau memang belum merebut cinta yang terkubur ribuan kilo di lubuk hati atau dasa laut.
Tapi kau tau jalan menuju kesana.
Dan aku entah mengapa, sedikit rela memberikan arahnya.
Terimakasih untuk cintamu yang tak bersyarat
1 comment:
Sebab mengapa kata2 ini akhirnya tertulis, setelah mata beberapa kali berkedip?
Dorongan dari dalam, atau tarikan dari luar?
Post a Comment