Dan langkah merekapun beriringan menuruni anak tangga itu. Hanya karena memuaskan rasa penasaran, orang orang disekitar, mereka jalan beriringan.
Tapi sebenarnya siapa yang tau bahwa sebenarnya merekapun menginginkan langkah beriringan itu, tanpa mereka sadari.
Berawal dari tatapan yang beradu, tersungging senyum yang tersipu. Dunia maya itu telah menyatukan mereka.
Tapi mereka juga masih ragu, apakah itu hanya rasa sejenak yang menggebu. Atau sebaliknya, rasa yang sesungguhnya telah mereka damba sekian lama, dalam angan.
Sehingga, pilihan untuk meninggalkan apa yang telah mereka putuskan bersama dengan masing masing cintanyapun, terabaikan.
Karena mereka sama sama meyakini, “bahwa kekasih yang sekarang ini mendampingi adalah belum tentu belahan jiwa masing masing”.
Sehingga saat tatap itu beradu, ada rasa yang luar biasa. Melebihi rasa yang ia dan dia rasakan masing masing kepada orang yang pernah dan saat ini tengah mengisi hati meraka .
Entah hanya euphoria sesaat, atau untuk selamanya. Tapi tak ada yang pernah tahu.
Sama seperti tak tahu nya, bahwa kekasih dan istri atau suami mereka adalah bukan belahan jiwa mereka. Dan belahan jiwalah yang selama ini ternyata aku, kau dan dia dambakan.
Sama seperti tak tahunya bahwa, Tuhan sebenarnya telah menyiapkan belahan jiwa bagi setiap umat nya, terlepas dari kekasih,istri dan suami.
Dan itu ada padamu, yang baru aku temui beberapa menit. Tanpa tahu masa lalu dan apa yang terbentang di depanmu. Karena ini bukan sekedar cinta, karena ini adalah belahan jiwa.
5 comments:
dalem banget.curhatnya
aku sukaaaa
ya ya ya ....sip...kenapa ga dari dulu ya saya baca baca nya....?
di sini, Anggi benar2 penganut Cintaisme. Hal yang diinginkan tiap orang, tapi tak tiap orang bisa mendapatkannya. hanya laki2 bodoh yang tidak mensyukuri adanya Anggi di planet ini.
dan yang paling penting, Anggi membenarkan tesis Martin Buber, Levinas, dll bahwa "engkau adalah aku yang lain". Cinta sejati membuktikan tak hanya belahan jiwa, tapi kemenyatuan yang mendalam dalam rasa, komitmen, dan pengorbanan. Anggi, kamu patut jadi muridnya Buber, Levinas, dll. Kabar buruknya, saya sudah lama melamar jadi murid mereka sehingga mungkin kita bisa jumpa di kelas yang sama. haha
Post a Comment