The United State of America, a well known democratic country. Known because of the freedom of speech. This year is a big year for the U.S, where election being held. Talking about presidential election, a question pop up in my mind. Would it be different with Indonesia's election? Or would it be the same?
One big question answered. The election system is totally different. Out of my imagination. A bit complicated if I can tell. In Indonesia with do "one man one vote". Everyone use their right to choose their own leader, directly. It happens in any races, The president, governor, house of representative and local head of administration.
Compare to U.S election , Indonesian voters faced with a paper within candidates pictures ( only the president ). While in U.S, every voter faced with several names that they might not know each of them personally. Because, you are not only elect your president, but as well as governor, member of house representative, state secretary, the judge and so on.
One who want to reach the victory have to won the electoral college. Then the popular vote not going to determine who the president is. It happened on US 2000 election. Were Gore candidate from democrat won the popular vote, but lost the electoral college. Many polling predict this history repeated, but in the opposite. Obama predicted going to win the electoral, while Romney gain more popular vote.
This is a hundred percent different election system compare to Indonesia. Where we, Indonesian, decide our own president with one man one vote.
share everything you get with love, you'll get everything full of love..
Friday, 2 November 2012
Thursday, 14 June 2012
Jiwa dan kalbu sudah terlanjur milikmu
Sayang.. ampuni aku yang sekadar gelak tawa, jenaka yang tak memiliki, harap yang temaram, pelipur tanpa kuasa..
sungguh aku tak berujung denganmu, kamu jelmaan asa, muara keindahan, sudut batin yang sempurna menjawab semua, cemas sekejap sirna.
Selamanya memang bukan masa yg aku punya, tapi kemarin, kini, dan saat demi saat nanti.. Aku mau berusaha yang terbaik.. Tuk melimpah senyumku.. Tuk ada diantara jari jemarimu.. Tuk menyapa dari segala alur kemungkinan.. Tuk mematri bahagiamu tanpa pasti namun percaya.. kelak kita selalu bersisian.. Aku tak mau kehilangan.. jiwa dan kalbu ini sudah terlanjur kau punya..
by:belahanjiwa-jawabansemuagundah
Cinta rahasia
Kembali merasakan cinta rahasia. Sepertinya cinta untukku hanya sebatas cinta rahasia.
Di saat rahasia, aku benar benar bisa mencintai dan rasa nya tak berlebihan kalau aku bilang, aku juga dicintai.
Luka masa lalu hilang sudah, jauh ,hilang.
Tapi seperti kata yang selalu berulang, jatuh cinta sama dengan membuka kesempatan hati untuk dilukai,lagi.
Ini sedikit mendekati luka.
Yang terjadi sekarang, hatiku telah ditelanjangi. Maka kesempatan dilukai semakin membesar.
Tapi aku rela, selama yang melukai hatiku adalah engkau sipemilik hati. Engkau yang aku cinta tanpa syarat.
Aku rela kau bahagia dengannya. Jangan ragu dan takut ungkapkan bahagiamu itu. Tak usah khawatirkan aku. Aku memang cinta tanpa syarat yang dihadirkan Tuhan untuk mu. Berbahagialah sayang. Aku rela menjadi keset disaat kakimu kumuh. Kumuh oleh darah luka yang ditorehkan olehnya. Aku rela membasuh luka hatimu karena nya ,dengan cintaku. Karena aku tanpa syarat untukmu.
Bahagialah dengan nya sayang.
Aku selalu ada disekitarmu, di tiap hela nafasmu, ditiap denyut darah kejantungmu, menyaksikan dan menemanimu bahagia.
Hatiku? Tak mengapa sayang. Sudah kubilang aku tanpa syarat. Hatiku yang serpihan ini telah kugadai, saat pertamakali,aku ucapkan cinta padamu.
Bahagialah saja sayang. Atau amanlah saja. Tak ada keberanian diantara kita untuk mengakui cinta rahasia.
Biar kutelan getir yang sudah aku pilih dari semula.
Getir berhias bahagia, saat melihat kau bahagia.
Maafkan aku bila waktu itu tiba
hai sabtu,aku masih menunggu. pagi tak kunjung menyapa.
langitpun bungkam dengan kelamnya, sambil melepas satu per satu butiran hujan.
kita memang terpisah ruang dan waktu,tapi hati yang berdampingan adalah keniscayaan.
seperti riak ombak dilautan,tak henti meski malam datang.
sabtu, mengapa hujan mu tak seperti biasa?
mengapa kini dinginmu menusuk hingga ke tulang?
mengapa anginmu membekukan hati?
tapi aku tak pernah habis akal.
sudut hatiku masih menyimpan setitik bara,
bara yang kujaga untuk menghangatkan,saat dingin mu tak seperti biasa.
bara yg kian meredup namun tetap menghangatkan.
tapi sabtu, bara ini meski pelan,membakar sudut hati. menyisakan luka.
jadi sabtu, jangan salahkan jika suatu saat aku harus memilih, beku karena dinginmu atau terbakar karena bara ku.
dua dua nya tak menyenangkan sabtu.
maafkan aku bila waktu itu tiba
Sunday, 15 April 2012
Jalan menuju hati
Kau..
Bukan raja memang.
Bukan penguasa.
Bukan yang bergelimangan segala hal.
Pelan pelang kau kumpulkan serpihan itu, dengan sabar kau titi dan tata satu persatu.
Merekapun sepertinya tak mau lakukan itu
Tapi kau, berkeringat berairmata merajutnya untukku tanpa hiraukan detik waktu.
Bagiku kau mulia.
Pelan pelan kau tutup luka menganga, pelan pelan kau buka hati yang terpatri.
Tak sedikit kata terucap yang melukaimu, tapi kau seolah berlalu dan tetap membagi senyum termanis untuk ku.
Aku kini bukan aku dulu. Aku kini mencoba menimba positif dari negatifku dulu.
Kau pelan pelan bimbing tanganku untuk belajar menggenggam kepercayaan.
Kepercayaan yang telah lama tak lagi ku sentuh.
Kepercayaan, yang aku sendiri, sulit melafalkannya.
Kau memang belum merebut cinta yang terkubur ribuan kilo di lubuk hati atau dasa laut.
Tapi kau tau jalan menuju kesana.
Dan aku entah mengapa, sedikit rela memberikan arahnya.
Terimakasih untuk cintamu yang tak bersyarat
Bukan raja memang.
Bukan penguasa.
Bukan yang bergelimangan segala hal.
Pelan pelang kau kumpulkan serpihan itu, dengan sabar kau titi dan tata satu persatu.
Merekapun sepertinya tak mau lakukan itu
Tapi kau, berkeringat berairmata merajutnya untukku tanpa hiraukan detik waktu.
Bagiku kau mulia.
Pelan pelan kau tutup luka menganga, pelan pelan kau buka hati yang terpatri.
Tak sedikit kata terucap yang melukaimu, tapi kau seolah berlalu dan tetap membagi senyum termanis untuk ku.
Aku kini bukan aku dulu. Aku kini mencoba menimba positif dari negatifku dulu.
Kau pelan pelan bimbing tanganku untuk belajar menggenggam kepercayaan.
Kepercayaan yang telah lama tak lagi ku sentuh.
Kepercayaan, yang aku sendiri, sulit melafalkannya.
Kau memang belum merebut cinta yang terkubur ribuan kilo di lubuk hati atau dasa laut.
Tapi kau tau jalan menuju kesana.
Dan aku entah mengapa, sedikit rela memberikan arahnya.
Terimakasih untuk cintamu yang tak bersyarat
aku merajut kasih
Hai sayang,mata ini merindukan setiap desahan lembut nafasmu.
Nafas ketika kau terjaga diiringi cahaya mentari.
Sayang,aku juga merindukan bisikanmu. Bisakan saat mata terpejam, dan hati mendengarkan.
Duhai sayang, padamu aku temukan tentram, padamu juga aku temukan gulana.
Gulana membayangkan harus melepasmu.
Sayang, setiap langkah ku ingin bergandengan tangan denganmu.
Membelah dunia kita berdua,menantang angin dan ombak kita bersama.
Sayang, denganmu gentar seolah tak pernah ku kenal.
Sayang, denganmu mentari seolah tak pernah terbagi diantara dua sisi bumi.
Sayang, aku ingin terus begini saja, terlelap dalam pelukanmu.
Sayang, aku masih haus kasihmu,meski tenggelam dilautanmu.
Sayang, ini aku yang tak pernah terpuaskan karena cinta luar biasa yg tak terbendung.
Nafas ketika kau terjaga diiringi cahaya mentari.
Sayang,aku juga merindukan bisikanmu. Bisakan saat mata terpejam, dan hati mendengarkan.
Duhai sayang, padamu aku temukan tentram, padamu juga aku temukan gulana.
Gulana membayangkan harus melepasmu.
Sayang, setiap langkah ku ingin bergandengan tangan denganmu.
Membelah dunia kita berdua,menantang angin dan ombak kita bersama.
Sayang, denganmu gentar seolah tak pernah ku kenal.
Sayang, denganmu mentari seolah tak pernah terbagi diantara dua sisi bumi.
Sayang, aku ingin terus begini saja, terlelap dalam pelukanmu.
Sayang, aku masih haus kasihmu,meski tenggelam dilautanmu.
Sayang, ini aku yang tak pernah terpuaskan karena cinta luar biasa yg tak terbendung.
Aku malaikat dan iblis, akulah tuan dan hamba
Duhai engkau.. Aku jatuh cinta pada setiap tulisanmu.
Aku menatap urut...
Aku membaca urut, satu per satu kata yang terangkai dalam untaian kalimat.
Tak satu makian yang terlontar darimu , meski hati kadang terluka, meski hati tak selamanya tersenyum.
Duhai engkau, padamu aku belajar menata rasa dan hati. Menata emosi dan akal. Menjadi yang rasional dari emosional.
Duhai engkau, kau memang bukan kekasih hati yang aku cinta menyeluruh, karena kita tidak dituliskan untuk bersama.
Aku pengagummu saja, aku mengagumi dari kejauhan saja.
Setiap kata yang kau goreskan adalah penyejuk jiwa, pelebur lara, menentramkan rasa.
Aku memujamu bagaikan malaikat pada Tuhannya, pun iblis pasa penciptanya.
Aku memujamu bagai pelayan pada tuannya.
Aku menginginkanmau bagai tuan menitah hambanya.
Aku bisa menjadi malaikat pun setan.
Aku bisa menjadi air pun api.
Aku menjadi apapun yang bertentangan di dunia ini, demi bisa memandangmu, tanpa mententuh seujung kukupun.
Aku adalah dahaga di tengah sahara, yang hanya menikmati fatamorgana. Itulah aku padamu. Tapi dahaga tak pernah bisa membunuh yang merasakannya bukan?
Dahaga hanya menyiksa, itu pula yang aku rasakan, saat hanya bisa mengagumimu.
Itupun akan kutebus,demi bisa menjadi pengagum mu
Angel and demon, master and servant, both i am for you.
Aku menatap urut...
Aku membaca urut, satu per satu kata yang terangkai dalam untaian kalimat.
Tak satu makian yang terlontar darimu , meski hati kadang terluka, meski hati tak selamanya tersenyum.
Duhai engkau, padamu aku belajar menata rasa dan hati. Menata emosi dan akal. Menjadi yang rasional dari emosional.
Duhai engkau, kau memang bukan kekasih hati yang aku cinta menyeluruh, karena kita tidak dituliskan untuk bersama.
Aku pengagummu saja, aku mengagumi dari kejauhan saja.
Setiap kata yang kau goreskan adalah penyejuk jiwa, pelebur lara, menentramkan rasa.
Aku memujamu bagaikan malaikat pada Tuhannya, pun iblis pasa penciptanya.
Aku memujamu bagai pelayan pada tuannya.
Aku menginginkanmau bagai tuan menitah hambanya.
Aku bisa menjadi malaikat pun setan.
Aku bisa menjadi air pun api.
Aku menjadi apapun yang bertentangan di dunia ini, demi bisa memandangmu, tanpa mententuh seujung kukupun.
Aku adalah dahaga di tengah sahara, yang hanya menikmati fatamorgana. Itulah aku padamu. Tapi dahaga tak pernah bisa membunuh yang merasakannya bukan?
Dahaga hanya menyiksa, itu pula yang aku rasakan, saat hanya bisa mengagumimu.
Itupun akan kutebus,demi bisa menjadi pengagum mu
Angel and demon, master and servant, both i am for you.
Wednesday, 4 April 2012
Cinta dua hati, satu rasa
Dia memandangi wajah yang terpampang di kertas itu. Tertegun, menatap lama. Dalam, sambil sesekali menarik nafas panjang.
Dua menit, tiga menit, sesekali melihat ke belakang, kiri dan kanan. Was was, jika kekasihnya memperhatikan gerak geriknya.
Hampir setiap malam sebelum tidur, satu minggu terakhir kondisi ini terjadi. Sedikit dingin, tanpa kata.
Kemudian, seperti biasa, lampu dimatikan. Dan pasangan itupun terlelap.
Begitu seterusnya dari hari ke hari.
******
situasi yang sama juga terjadi di sudut kamar, di sudut kota yang sama.
Sepasang kekasih tidur saling rangkul. Naas mereka silih berganri menimpali. Mereka memang tidur di ranjang yang sama . Tpi dengan pikiran yg masing masing melayang jauh, dan mimpi yang berbeda.
Pagi menjelang. Di sudut kamar pertama, satu dari sepasang kekasih itu, berbicara di ujung telepon. " sayang, aku tidak bisa menahan ini lebih lama lagi. Ak tidak bisa hidup berpura pura mencintainya, terus menerus seperti ini.."
Suara hangat di ujung telepon itu, juga mengungkap kan hal yg sama. "aku juga sayang. Kami sepanjang malam, tidur berpelukkan, tapi hampa. Pikiran ku tak bisa lepas dari mu."
***
Aku ingin segera mengatakan pada nya, bahwa aku tak pernah mencintainya. Dan pun tau itu. Tapi aku ak tak tega harus melihat wajah cantik berurai air mata." lanjut suara di sudut kamar itu.
Sayang, aku juga. Akupun tak tahu kalimat apa yang harus aku sampaikan pada orang tuanya, kalau aku mengembalikannya sekarang. Dulu saat aku meminangnya, kau belum ada.
Dua menit, tiga menit, sesekali melihat ke belakang, kiri dan kanan. Was was, jika kekasihnya memperhatikan gerak geriknya.
Hampir setiap malam sebelum tidur, satu minggu terakhir kondisi ini terjadi. Sedikit dingin, tanpa kata.
Kemudian, seperti biasa, lampu dimatikan. Dan pasangan itupun terlelap.
Begitu seterusnya dari hari ke hari.
******
situasi yang sama juga terjadi di sudut kamar, di sudut kota yang sama.
Sepasang kekasih tidur saling rangkul. Naas mereka silih berganri menimpali. Mereka memang tidur di ranjang yang sama . Tpi dengan pikiran yg masing masing melayang jauh, dan mimpi yang berbeda.
Pagi menjelang. Di sudut kamar pertama, satu dari sepasang kekasih itu, berbicara di ujung telepon. " sayang, aku tidak bisa menahan ini lebih lama lagi. Ak tidak bisa hidup berpura pura mencintainya, terus menerus seperti ini.."
Suara hangat di ujung telepon itu, juga mengungkap kan hal yg sama. "aku juga sayang. Kami sepanjang malam, tidur berpelukkan, tapi hampa. Pikiran ku tak bisa lepas dari mu."
***
Aku ingin segera mengatakan pada nya, bahwa aku tak pernah mencintainya. Dan pun tau itu. Tapi aku ak tak tega harus melihat wajah cantik berurai air mata." lanjut suara di sudut kamar itu.
Sayang, aku juga. Akupun tak tahu kalimat apa yang harus aku sampaikan pada orang tuanya, kalau aku mengembalikannya sekarang. Dulu saat aku meminangnya, kau belum ada.
Subscribe to:
Posts (Atom)