Kau..
Bukan raja memang.
Bukan penguasa.
Bukan yang bergelimangan segala hal.
Pelan pelang kau kumpulkan serpihan itu, dengan sabar kau titi dan tata satu persatu.
Merekapun sepertinya tak mau lakukan itu
Tapi kau, berkeringat berairmata merajutnya untukku tanpa hiraukan detik waktu.
Bagiku kau mulia.
Pelan pelan kau tutup luka menganga, pelan pelan kau buka hati yang terpatri.
Tak sedikit kata terucap yang melukaimu, tapi kau seolah berlalu dan tetap membagi senyum termanis untuk ku.
Aku kini bukan aku dulu. Aku kini mencoba menimba positif dari negatifku dulu.
Kau pelan pelan bimbing tanganku untuk belajar menggenggam kepercayaan.
Kepercayaan yang telah lama tak lagi ku sentuh.
Kepercayaan, yang aku sendiri, sulit melafalkannya.
Kau memang belum merebut cinta yang terkubur ribuan kilo di lubuk hati atau dasa laut.
Tapi kau tau jalan menuju kesana.
Dan aku entah mengapa, sedikit rela memberikan arahnya.
Terimakasih untuk cintamu yang tak bersyarat
share everything you get with love, you'll get everything full of love..
Sunday, 15 April 2012
aku merajut kasih
Hai sayang,mata ini merindukan setiap desahan lembut nafasmu.
Nafas ketika kau terjaga diiringi cahaya mentari.
Sayang,aku juga merindukan bisikanmu. Bisakan saat mata terpejam, dan hati mendengarkan.
Duhai sayang, padamu aku temukan tentram, padamu juga aku temukan gulana.
Gulana membayangkan harus melepasmu.
Sayang, setiap langkah ku ingin bergandengan tangan denganmu.
Membelah dunia kita berdua,menantang angin dan ombak kita bersama.
Sayang, denganmu gentar seolah tak pernah ku kenal.
Sayang, denganmu mentari seolah tak pernah terbagi diantara dua sisi bumi.
Sayang, aku ingin terus begini saja, terlelap dalam pelukanmu.
Sayang, aku masih haus kasihmu,meski tenggelam dilautanmu.
Sayang, ini aku yang tak pernah terpuaskan karena cinta luar biasa yg tak terbendung.
Nafas ketika kau terjaga diiringi cahaya mentari.
Sayang,aku juga merindukan bisikanmu. Bisakan saat mata terpejam, dan hati mendengarkan.
Duhai sayang, padamu aku temukan tentram, padamu juga aku temukan gulana.
Gulana membayangkan harus melepasmu.
Sayang, setiap langkah ku ingin bergandengan tangan denganmu.
Membelah dunia kita berdua,menantang angin dan ombak kita bersama.
Sayang, denganmu gentar seolah tak pernah ku kenal.
Sayang, denganmu mentari seolah tak pernah terbagi diantara dua sisi bumi.
Sayang, aku ingin terus begini saja, terlelap dalam pelukanmu.
Sayang, aku masih haus kasihmu,meski tenggelam dilautanmu.
Sayang, ini aku yang tak pernah terpuaskan karena cinta luar biasa yg tak terbendung.
Aku malaikat dan iblis, akulah tuan dan hamba
Duhai engkau.. Aku jatuh cinta pada setiap tulisanmu.
Aku menatap urut...
Aku membaca urut, satu per satu kata yang terangkai dalam untaian kalimat.
Tak satu makian yang terlontar darimu , meski hati kadang terluka, meski hati tak selamanya tersenyum.
Duhai engkau, padamu aku belajar menata rasa dan hati. Menata emosi dan akal. Menjadi yang rasional dari emosional.
Duhai engkau, kau memang bukan kekasih hati yang aku cinta menyeluruh, karena kita tidak dituliskan untuk bersama.
Aku pengagummu saja, aku mengagumi dari kejauhan saja.
Setiap kata yang kau goreskan adalah penyejuk jiwa, pelebur lara, menentramkan rasa.
Aku memujamu bagaikan malaikat pada Tuhannya, pun iblis pasa penciptanya.
Aku memujamu bagai pelayan pada tuannya.
Aku menginginkanmau bagai tuan menitah hambanya.
Aku bisa menjadi malaikat pun setan.
Aku bisa menjadi air pun api.
Aku menjadi apapun yang bertentangan di dunia ini, demi bisa memandangmu, tanpa mententuh seujung kukupun.
Aku adalah dahaga di tengah sahara, yang hanya menikmati fatamorgana. Itulah aku padamu. Tapi dahaga tak pernah bisa membunuh yang merasakannya bukan?
Dahaga hanya menyiksa, itu pula yang aku rasakan, saat hanya bisa mengagumimu.
Itupun akan kutebus,demi bisa menjadi pengagum mu
Angel and demon, master and servant, both i am for you.
Aku menatap urut...
Aku membaca urut, satu per satu kata yang terangkai dalam untaian kalimat.
Tak satu makian yang terlontar darimu , meski hati kadang terluka, meski hati tak selamanya tersenyum.
Duhai engkau, padamu aku belajar menata rasa dan hati. Menata emosi dan akal. Menjadi yang rasional dari emosional.
Duhai engkau, kau memang bukan kekasih hati yang aku cinta menyeluruh, karena kita tidak dituliskan untuk bersama.
Aku pengagummu saja, aku mengagumi dari kejauhan saja.
Setiap kata yang kau goreskan adalah penyejuk jiwa, pelebur lara, menentramkan rasa.
Aku memujamu bagaikan malaikat pada Tuhannya, pun iblis pasa penciptanya.
Aku memujamu bagai pelayan pada tuannya.
Aku menginginkanmau bagai tuan menitah hambanya.
Aku bisa menjadi malaikat pun setan.
Aku bisa menjadi air pun api.
Aku menjadi apapun yang bertentangan di dunia ini, demi bisa memandangmu, tanpa mententuh seujung kukupun.
Aku adalah dahaga di tengah sahara, yang hanya menikmati fatamorgana. Itulah aku padamu. Tapi dahaga tak pernah bisa membunuh yang merasakannya bukan?
Dahaga hanya menyiksa, itu pula yang aku rasakan, saat hanya bisa mengagumimu.
Itupun akan kutebus,demi bisa menjadi pengagum mu
Angel and demon, master and servant, both i am for you.
Wednesday, 4 April 2012
Cinta dua hati, satu rasa
Dia memandangi wajah yang terpampang di kertas itu. Tertegun, menatap lama. Dalam, sambil sesekali menarik nafas panjang.
Dua menit, tiga menit, sesekali melihat ke belakang, kiri dan kanan. Was was, jika kekasihnya memperhatikan gerak geriknya.
Hampir setiap malam sebelum tidur, satu minggu terakhir kondisi ini terjadi. Sedikit dingin, tanpa kata.
Kemudian, seperti biasa, lampu dimatikan. Dan pasangan itupun terlelap.
Begitu seterusnya dari hari ke hari.
******
situasi yang sama juga terjadi di sudut kamar, di sudut kota yang sama.
Sepasang kekasih tidur saling rangkul. Naas mereka silih berganri menimpali. Mereka memang tidur di ranjang yang sama . Tpi dengan pikiran yg masing masing melayang jauh, dan mimpi yang berbeda.
Pagi menjelang. Di sudut kamar pertama, satu dari sepasang kekasih itu, berbicara di ujung telepon. " sayang, aku tidak bisa menahan ini lebih lama lagi. Ak tidak bisa hidup berpura pura mencintainya, terus menerus seperti ini.."
Suara hangat di ujung telepon itu, juga mengungkap kan hal yg sama. "aku juga sayang. Kami sepanjang malam, tidur berpelukkan, tapi hampa. Pikiran ku tak bisa lepas dari mu."
***
Aku ingin segera mengatakan pada nya, bahwa aku tak pernah mencintainya. Dan pun tau itu. Tapi aku ak tak tega harus melihat wajah cantik berurai air mata." lanjut suara di sudut kamar itu.
Sayang, aku juga. Akupun tak tahu kalimat apa yang harus aku sampaikan pada orang tuanya, kalau aku mengembalikannya sekarang. Dulu saat aku meminangnya, kau belum ada.
Dua menit, tiga menit, sesekali melihat ke belakang, kiri dan kanan. Was was, jika kekasihnya memperhatikan gerak geriknya.
Hampir setiap malam sebelum tidur, satu minggu terakhir kondisi ini terjadi. Sedikit dingin, tanpa kata.
Kemudian, seperti biasa, lampu dimatikan. Dan pasangan itupun terlelap.
Begitu seterusnya dari hari ke hari.
******
situasi yang sama juga terjadi di sudut kamar, di sudut kota yang sama.
Sepasang kekasih tidur saling rangkul. Naas mereka silih berganri menimpali. Mereka memang tidur di ranjang yang sama . Tpi dengan pikiran yg masing masing melayang jauh, dan mimpi yang berbeda.
Pagi menjelang. Di sudut kamar pertama, satu dari sepasang kekasih itu, berbicara di ujung telepon. " sayang, aku tidak bisa menahan ini lebih lama lagi. Ak tidak bisa hidup berpura pura mencintainya, terus menerus seperti ini.."
Suara hangat di ujung telepon itu, juga mengungkap kan hal yg sama. "aku juga sayang. Kami sepanjang malam, tidur berpelukkan, tapi hampa. Pikiran ku tak bisa lepas dari mu."
***
Aku ingin segera mengatakan pada nya, bahwa aku tak pernah mencintainya. Dan pun tau itu. Tapi aku ak tak tega harus melihat wajah cantik berurai air mata." lanjut suara di sudut kamar itu.
Sayang, aku juga. Akupun tak tahu kalimat apa yang harus aku sampaikan pada orang tuanya, kalau aku mengembalikannya sekarang. Dulu saat aku meminangnya, kau belum ada.
Subscribe to:
Posts (Atom)