Tuesday 27 December 2011

Kertas Merah Muda

Waktu,waktu hari ini berjalan sangat lambat. Begitu lambatnya,sehingga aku bisa menghabiskan satu buku setebal, setipis 155 halaman, hanya dalam 1 jam lebih,menuju 2 jam.




Membaca tulisanmu, mengingatkan aku pada cinta pertamaku. Saat itu kami masih berseragam putih biru.

Ia setengah berlari menghampiriku,memegang secarik kertas.
"I love you", itu tulisan yang tertera disana.
Dengan wajah tersipu, ia segera meninggalkanku, menuju Icad, temannya yang berbadan bongsor.

Aku masih terdiam, di ujung gerbang sekolah, menghadap hamparan rumput lapangan bola milik sekolah. Hari itu aku berbunga, cinta pertama luar biasa.
**
"Kriiinggggg" bel tanda pelajaran pertama dimulai. Sambil menaruh tas hijau kulit bermerek contempo, aku menaruh buku pelajaran di laci meja.
Saat itu juga tanganku menyentuh sebentuk amplop halus.
Segera kutarik tanganku, dan seketika wangi menempel dijariku.

Penasaran sambil mendongak ke laci meja sekolah, aku merogoh laci itu.

Tak salah, sebuah amplop berwarna merah hati, bertuliskan namaku, dengan tinta merah.
Berdegup kencang, aku membuka amplop itu. Selembar kertas wangi, dan secarik kain.
Ah bukan kain, itu sapu tangan merah muda, dengan jahitan tangan namaku di salah satu sudutnya.
Manis.
Tak sabar kubaca surat itu.
" Dear, you ..."
Isinya layaknya orang tengah jatuh cinta. Bedanya,ini surat cinta anak seragam biru putih, sehingga ada gambar mobil di bawahnya, dengan plat nomor, singkatan nama nya dan namaku.
"Kriiingg..." Bel tanda berakhirnya pelajaran hari ini. Secarik kertas dengan balasan manis, sudah kutinggalkan disudut laci sekolah...

Aku yang kecil,mulai mengenal cinta.
**

Keesokan harinya, sebelum meletakkan buku pelajaran di dalam laci, aku memeriksa nya terlebih dahulu.
Hmmm.. Amplop selanjutnya. Selain surat, ada sebuah kertas bertuliskan namaku yang dilaminating. Warnanya merah muda,lagi.
Dari sini aku mengerti mungkin warna merah muda, adalah warna orang yang sedang jatuh cinta.

Meski setelah dewasa,tidak demikian yang aku dapati.
**
Hari demi hari, semua surat itu, menumpuk di dalam sebuah plastik, di ujung bawah tempat tidurku. Rapi dan tetap wangi.

Satu hari, kami berjalan beriringan, searah, tanpa kata. Hanya saling senyum, melirik dan tertunduk.
Jalan itu terasa sangat pendek jika aku berjalan beriringan dengannya.
Kami beriringan, tapi dipisahkan dua lajur jalan. Ya beriringan disisi jalan yang berbeda.
Itulah cinta murni yang mungkin pernah aku rasakan.
Sambil menarik nafas panjang dan tersenyum, aku mengingat semua.

Dan hari ini, aku kembali menerima surat darinya. Deg deg deg.. Rasa itu kembali ada, muncul, rasa yang aku punya bertahun tahun lalu.
Kubuka, kertas merah muda, kertas yang katanya untuk orang kasmaran. Ada namanya, alamat, dan tanggal yang tertera.
Ia memang tengah kasmaran, dan akan menikah. Aku membaca undangannya.
Tanpa suara, hanya rasa sesak didada.
**
Undangannya kuselipkan di dalam bukumu.

3 comments:

Anonymous said...

kadang cinta tak harus memiliki...

ika afandi said...

itu lah cinta seberapa besar rasa kita menginginkan, dan sebesar itu pula kita harus merelakannya dgn yg lain.,,

Enno said...
This comment has been removed by the author.