Monday 15 December 2014

Dear Rin, Good Bye....

Berkecamuk, itu yang ia rasakan. Entah mengapa rasa sakit terus bergelayut dihatinya. Setiap kali pemandangan yang ia saksikan malam itu muncul dipikirannya, seketika itu juga nyeri luar biasa ia rasakan didadanya.
Berkali kali Rin menjelaskan bahwa Tom hanyalah sebuah proses yang harus ia lalui demi memenuhi standard hidup layaknya manusia kebanyakan. Berkali pula Rin menjelaskan bahwa ia menempati tempat tertinggi dihatinya. Mungkin bukan tempat tertinggi tapi tempat spesial dihatinya. Tapi sejuta penjelasan dari Rin, sejuta pula pertanyaan sama muncul dari benaknya.

Aku Memilih Pergi Saja

Kini hancur hatiku
Kesedihan melanda
Kebahagiaanmu adalah bahagiaku
Tapi dibalik bahagia itu  aku tak bisa menutupi perih
Perih menyaksikanmu tersenyum tapi bukan aku disisimu
Perih melihat dirimu bersandar dan menggenggam, tapi bukan tangan dan bahuku yang ada disana

Sunday 3 August 2014

Cinta Maria dan Abdu


Sepuluh menit lebih, keduanya hanya diam saling menatap.  Orang orang yang datang hampir tak terlihat sama sekali oleh keduanya. Karena sepasang mata yang ada, saling beradu, bercumbu, membelai dan saling mengusap air mata.
 

" Nona, ini pesanan anda", seru pelayan restoran itu sambil meletakkan sebuah piring dihadapan Maria.
" Terimakasih", balas Maria. 


Friday 1 August 2014

Maria dan sajadahnya


Semua yang berawal, pasti akan berakhir.  Semua yang mencari, pasti akan menemukan. Atau ditemukan. Atau bertemu. Terkadang sepi terasa. Melihat sekeliling yang teramat ramai. Hingar bingar dengan kebahagiaan mereka masing masing. Gadis manis itu hanya bisa mengamati sekelilingnya. Menyaksikan orang orang tertawa.
Sementara jauh di lubuk hatinya, sebuah luka terasa sangat dalam. Luka karena pencarian yang tak berakhir. Luka karena penyeselan membiarkan waktu meninggalkannya tanpa makna. Luka karena menghianati hati dan menyia nyiakan hatinya. Luka yang sudah sangat jelas tidak bisa diperbaiki. Karena luka terkait waktu.
Tapi jauh di sudut hati terdalam, meski sangat kecil, ia memaksakan lilin pengharapan terus menyala. Meski dengan sumbu yang semakin pendek dengan api yang membakar luar biasa.
Ia sekali lagi hanya bisa tertegun, memutar kembali isi kepalanya, isi hatinya, dan segala kenangan yang muncul silih berganti. Pelan pelan terucap kata yang ia sendiri sadar, tak perlu diucapkan.
"seandainya… andai saja.. jikalau… ahh mengapa…"
Kata kata yang ia sendiri sadar, tidak akan berguna banyak untuk merubah segalanya.
Pelan pelan ia mencoba membawa dirinya ke jalan yang kebanyakan orang menyebutnya ,"jalan lurus, jalan yang benar".


Saturday 12 July 2014

Duka dari tanah Syuhada

Duka dari tanah Syuhada. 
Mereka yg tak pernah menyesali terlahir di dunia yg penuh darah dan air mata. 
Mereka yg selalu bersyukur ketika ditanya kabar.
Mereka yg selalu terbangun diiringi ledakan.
Mereka yg selalu menyapa hangat setiap yg datang.
Tak satu keluh pun terlontar.
Mati adalah kehormatan, karena mencintai sang Khalik.
Mereka yg tak gentar ketika rudal para kafir menghantam.
Karena mereka yakin, akan kekuatan dan senjata mematikan yg mereka miliki lebih dashyat dari rudal para kafir sekalipun.
Kekuatan mereka adalah kecintaan pada Allah SWT,
Dan semangat mereka adalah setiap ayat suci Alquran yg di lafazkan.
Nyawa yg hilang adalah Sahid.
Raga yg diculik adalah mujahid.
Bagi mereka saudara kita di Palestina.

#prayforGaza
#freePalestine

Monday 5 May 2014

Mencari Jawaban

Mencari jawaban. Sampai saat ini belum bisa bertemu orang yang bisa membantu menjelaskan kepadaku, mengenai campur tangan Tuhan dalam kehidupan manusia. Ada sejuta pertanyaan yang muncul. Mulai dari menciptakan manusia, agama dan dunia. Mengapa manusia diciptakan berbeda? Mengapa Tuhan menyediakan banyak agama. Mengapa manusia dikotakan pada agama?. 
Mengapa Tuhan mempertemukan kita dengan cinta yang tidak mungkin dimiliki? . Mengapa cinta harus dikalahkan oleh agama?. Mengapa kesempatan bahagia harus hilang oleh perbedaan agama?. 
Saya sendiri tidak tahu apakah saya cinta dengan pasangan saya yang terakhir ini. Tapi begitu kami duduk berdua, dan berbicara diselingi airmata, bahwa ini tidak mungkin, adalah sesuatu yang menghancurka hati. Bagaikan bocah 5 tahun yang tengah asik bermain dengan mainan kesayangannya, lalu tiba tiba saja mainan itu direnggut oleh orang lain. Menangis meraun raung. Mungkin kamu dulu dimasa kecil pernah merasakan hal yang sama.
Tapi tidaklah pas rasanya menganalogikan pasangan dengan mainan hehehe.
Tapi setidaknya itu yang bisa saya sampaikan untuk menggambarkan perasaan saat itu.
eh.. sebentar, ini pukul 10.04 pm tapi tiba tiba ada ayam berkokok sayup sayup terdengar di kejauhan.
Malam ini saya di kamar, dengan jendela terbuka, angin malam terasa begitu menyejukan. Paling tidak, bisa membantu mengeringkan luka yang menganga. 
Kembali ke bahasan awal, mengenai cinta dan agama.
Singkat kata kami harus berpisah.Kata menghibur bertubi tubi datang. Bagi saya seolah terdengar seperti pembenaran, atau bahkan terdengar hanya sekedar untuk membesarkan hati yang ciut.
Tapi apapun itu, terimakasih untuk  mereka, kamu dan kamu.
Lalu siapa yang bisa menjawab jutaan pertanyaan saya?. Haruskah malam ini saya tidur dengan jutaan pertanyaan dibenak? Dan bangun dengan pertanyaan yang sama masih bergelayut?.
Entah.

Aku bukan politisi, pasti menepati janji.

Dunia politik bolakbalik
Akar pertemanan hanya kepentingan
Bukan pula untuk rakyat
Tapi hanya segelintir manusia haus darah
Birahi politik keji kejam
Semua atas nama rakyat
Coba kau tanya rakyat yang mana
Buntut politik sampai ke ruang publik terkecil
Kau taulah dimana
Berdiri dengan menginjakan kaki di kepala orang lain
Tangan berlipat didada, sementara pantat di wajah orang lain
Dunia politik bolakbalik
Yang kawan jadi lawan
Yang dilawan tiba tiba menjadi sedarah
Birahi politik keji kejam
Dimeja makan kau tertawa
Bukan main bahagia
Mentertawakan rakyat bodoh bersimbah darah
Rakyat kecil sebagai alas kakimu
Dunia politik  mewah megah
Coba kau tanya dirimu, mana yang kau lakukan untuk orang yang kau wakili?
Coba  kau tanya dirimu, mana yang kau lakukan untuk orang yang kau pimpin?
Coba kau tanya dirimu, mana yang kau berikan untuk orang yang memilihmu?
Kalau kau punya satu atau dua jawabnya, aku berdiri paling depan mengusungmu.
Janji.
Aku bukan politisi, pasti menepati janji.


 

Monolog

Pernah merasakan tidak tenang, gusar, bingung, linglung dan tak memiliki pegangan?. Mungkin semua orang pernah merasakan hal tersebut. Mungkin bagi mereka yang kuat iman, akan mengalihkannya dengan berdoa, berkomunikasi dengan Tuhannya masing masing. Mungkin bagi yang tak seberapa kuat iman, dalam arti kata mencari keberadaan Tuhan, menjadi bingung dalam kesendirian.
Apapun itu bebaslah. Saya berada dititik yang tidak jelas, bingung dan gusar. Apa sebenarnya yang dituliskan untuk hidup saya. Apa yang anda lihat dalam hidup orang lain?. Mungkin tanpa sadar terucap, "wah enak sekali menjadi dia". Atau. " ya iyalah hidupnya begitu". Coba jujur dulu pada diri sendiri. Pernah mengalami hal yang demikian?.
Jalannya adalah mencari pembimbing hidup. Apapun itu, entah agama, entah manusia. Idealnya sih agama. Tapi sangat gampang memang mengatakan yang ideal-ideal, yang sulit adalah mengimplentasikan yang ideal-ideal tersebut. Coba sekali lagi jujur pada diri anda. Seberapa banyak anda mengimplentasikan yang ideal-ideal?. Entah itu menurut norma sosial atau agama.
Bingung? Sama. Tenang saja, anda tidak sendiri. 
Lalu bagaimana?
Tulisan ini terhenti disini, anda lanjutkan sendiri. Karena saya akan masuk ke dunia nyata dulu.

Yang bisa saya bilang, menulis membantu mencairkan semua beban yang tadinya padat. Cair menjadi mudah mengalir, entah mengalir keluar, atau mengalir masuk ke dalam pembuluh darah. Kalau keluar, mungkin anda akan merasa ringan. Lalu bagaimana kalau kedalam?. Akan menjadi racun yang masuk ke pembuluh darah.

 

Saturday 3 May 2014

yang tak pernah habis dibahas

Aku terus s berjalan tanpa henti mencari cinta. Kalimat ini mungkin pernah terlontar di setiap benak manusia. Hakekat cinta itu apa, pada setiap orang pasti berbeda. 
Aku belajar mencintai. Segala macam cinta. Cinta akar bahagia dan duka.
Cintaku tak pernah memiliki. Cinta terlarang, 3 ikatan yang membuatku luka.
Tapi dari ketiganya, aku belajar Mengerti, sakit dan bahagianya cinta.
Cinta yang sesungguhnya.
Jika dulu aku hanya mendengar pujangga berkata " cinta tak harus memiliki" sebagai bahasa yang klise.
Tapi kini aku Mengerti dengan sebenarnya. Bahwa memang ada cinta yang demikian.
Cinta yang melambungkan ku ke langit ketujuh. Ke tempat terindah. Ke tempat dimana waktu seolah berhenti. Ketempat dimana malam dan siang tak berarti. Ketempat dimana lapar seketika tak terasa. Ketempat dimana sayatan bagai kecupan.
Ketempat dimana hanya ada aku dan dia.
Itulah tempat tertinggi dalam mahacinta.
Ketempat dimana aku tak mengenal luka dan airmata.
Tapi cinta juga yang membenamkanku ke tempat terdalam, tergelap, terkelam. Tempat dimana waktu seolah lama berganti. Tempat dimana airmata mengalir tanpa suara. Tempat yang menyesakkan dada,dimana aku hanya ingin kematian. Tempat dimana aku kehilangan kepercayaan pada manusia. Tempat dimana aku mempertanyakan kasih sayang Tuhan. Tempat yang membuatku menutup rapat seluruh pintu cahaya.
Tapi aku juga tak lupa, cinta mengajarku untuk bangkit lagi. Cinta mengajarku mengenal ikhlas. Cinta memberi tahu aku untuk terus bernafas meski sakit meski luka.
Tapi cinta..aku membunuh cinta, ah cinta. 
Cinta itu bagai malaikat dan iblis.
Keduanya akan mendekati kita.
Aku tak tahu harus bagaimana.
Jauh Jauh dulu ya cintaku. 

Saturday 8 February 2014

Prolog



Meledak... Rasanya meledak. Ingin meledak. Itu yang kurasakan. Melihat air mata berderai dari mata indah itu. Mata yang sering kuciumi kala lelah terlelap disamping nya.
Malam ini serasa seluruh beban bumi ada di dadaku. Aku melangkah ke rumah dengan berat hati. Sambil melihatnya menghilang dibalik dinding itu.

Tuesday 21 January 2014

Surat dari pengungsi Sinabung untuk Bu Ani Yudhoyono


Hari ini lumayan lelah. Setibanya di rumah, saya langsung membuka laptop, sambil memantau informasi yang beredar di sejumlah media. Kebetulan nemulah ini surat terbuka...Baca sebentar yuk...
 
 20/01/2014 07:54:39
Surat Terbuka

Instagram untuk Ani Yudhoyono dari Vita Sinaga-Hutagalung Korban Sinabung

Foto: tribunnews
Yth. Ibu Ani Yudhoyono, nama sahaya Vita Sinaga-Hutagalung, satu dari puluhan ribu korban letusan Gunung Sinabung yang letaknya di Sumatera, bukan di Jogjakarta atau Magelang. Sahaya ingin sekali menuliskan dan melukiskan Sinabung lewat jepreten tustel seperti Ibu Ani lewat telegram, eh, Instagram. Atau melukiskan keindahan derita Sinabung dengan mengabadikan jepretan kamera dan menampilkan di Instagram. Namun, apa daya. Kami para pengungsi tak memiliki apa-apa lagi.
Ibu Ani yang cantik jelita bulat mukanya, surat ini sahaya tuliskan menjelang kedatangan Bapak Susilo Bambang Yudhonono - suami dan presiden Ibu Ani ke Tanah Karo. Sahaya dengar dan yakin Ibu Ani sangat berperan menentukan kebijakan negara Indonesia, sama halnya para koruptor yang selalu disetujui dan didukung oleh para isteri mereka. Sahaya dengar dari wartawan yang selalu datang ke mari selama enam bulan ini, bahwa Ibu Ani aktif sekali di dunia maya ya Ibu Ani. Kata para wartawan Ibu Ani hobby sekali main Instagram, Twitter dan Facebook.

Ibu Ani yang cantik bulat menarik hati, katanya Ibu bahkan senang sekali mengabadikan apapun. Bahkan bisa juga Ibu Ani ribet mengurus Instagram dan main tustel. Itu adalah aktivitas sangat positif sebagai Ibu Negara. Aktivitas Ibu Ani bermanfaat untuk bangsa dan negara Indonesia. Di situlah kedekatan rakyat sampah jelata dengan para pejabat dan istri pejabat tinggi yang menjulang ke langit ketujuh dapat terjembatani.

Ibu Ani, dengan aktivitas Ibu Ani di Istagram, maka kami sebagai korban Gunung Berapi Sinabung telah tertolong. Dengan melihat kebahagiaan Ibu Ani, Anissa Pohan - yang menjuluki Ibu Ani sebagai mertua terbaik di dunia dan akhirat, cucu-cucu yang cantik dan gagah menarik, Ibas yang berenang dengan baju mau menyelam padahal di kolam renang dangkal, lalu ke pantai dengan memakai batik resmi, itu pertunjukan yang mampu memberikan kebahagiaan buat kami.

Ibu Ani, kami para pengungsi tak membutuhkan apapun selain gambar-gambar di Instagram. Kami tak butuh tanah pertanian yang telah rusak untuk direhabilitasi. Kami tak butuh makanan. Kami tak butuh obat-obatan. Kami tak butuh selimut. Kami tak butuh pembalut wanita. Kami tak butuh pakaian. Kami tak butuh tempat tinggal karena tempat tinggal kami ya di 59 tempat pengungsian selama enam bulan ini. Kami pun tak butuh apa-apa selain melihat dan menonton foto-foto kebahagiaan Ibu Ani sekeluarga melalui Instagram. Instagram Ibu Ani adalah kebahagiaan kami.

Ibu Ani yang cantik jelita dengan muka bulat sempurna. Dari muka Ibu kami tahu Ibu adalah orang paling baik di Bumi, Langit dan Surga nanti. Untuk itu, kami sebagai warga negara merasa puas dan senang berbagi melihat kebahagiaan keluarga Ibu Ani. Sementara di pengungsian ini, kami selama enam bulan, merasakan kurang makan, kurang tidur, kurang nyaman dan kurang kebahagiaan - namun sekali lagi, melihat kebahagiaan keluarga Presiden RI, kami sudah kenyang dan berbahagia. Sudah selayaknya sahaya dan rakyat melayani pejabat dan orang besar serta penguasa. Maka, biarkanlah kami di Tanah Karo dan Sinabung menikmati pengorbanan sebagai hamba kepada penguasa.

Ibu Ani yang terhormat, bolehlah sahaya pesankan kepada Ibu agar memberi tahu Bapak Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhyono, suami Ibu yang besar badannya itu, untuk (1) jangan menetapkan bencana Sinabung sebagai bencana nasional, agar kami tak mendapatkan bantuan berskala nasional, (2) jangan kami diberi bantuan apapun karena kami bangsa Indonesia dan Batak akan pergi ke saudara-saudara kami untuk mencari kehidupan - itu yang banyak diperhatikan bahwa bangsa Batak memiliki kekuatan sendiri, (3) biarkan kami tetap di pengungsiaan selama-lamanya, (4) jangan Ibu Ani hentikan kegiatan main tustel, kamera standard professional seharga Rp 250 juta, untuk menampilkan foto-foto Ibu Ani, Annisa Pohan - anak koruptor bernama Aulia Pohan - dan juga cucu-cucu dan anak-anak tercinta, karena foto-foto Instagram Ibu Ani adalah kebahagiaan bagi kami semua: warga pengungsi yang tak memiliki apa-apa selain air mata.

Ibu Ani yang terhormat, demikian surat Instagram kami. Karena kami tak tahu Istagram itu apa maka mohon maaf yang sahaya tahu adalah telegram di kampung kami dulu. Sahaya pikir dengan menulis Instagram ini, yakni istagram tanpa foto karena tak memiliki tustel, maka pesan yang sahaya sampaikan rasanya sampai. Kami warga korban gunung berapi hanya membutuhkan gambar-gambar yang indah hasil jepretan Ibu Ani di Instagram. Kami di pengungisan sudah puas dan bahagia meskipun kami sakit, kurang makan, kurang pakain, tak memiliki tempat bekerja karena pertanian kami hancur, anak-anak mahasiswa kami sebanyak 25,000 terancam tak bisa bayar uang kuliah dan makan, namun itu semua tak penting. Yang penting kami menonton foto-foto Instagram Ibu Ani sekeluarga yang berbahagia. Itulah rentetan nestapa duka derita sengsara kami selama enam bulan letusan Gunung Sinabung paling dalam yang Ibu tak pernah pikirkan - sama dengan suamimu dan para menteri yang sibuk nyaleg lagi.

Salam bahagia ala saya Ibu Ani Yudhoyono yang cantik jelita bulat sempurna.

Penulis : Ninoy N Karundeng

*tulisan ini dimuat di kompasiana, namun sudah diremove berikut linknya: http://m.kompasiana.com/read/detail_comment/628903/2